Rasa percaya diri terkadang datang seperti aliran sungai. Kadang pasang dan kadang pula surut. Ada masa-masa dimana segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana. Percaya diri pun tumbuh dengan subur. Namun tidak selamanya segala sesuatu berjalan dengan sempurna. Ketika rencana tidak sesuai dengan kenyataan, keraguan tumbuh semakin besar dan rasa percaya diri pun runtuh sedikit demi sedikit.
Tulisan sebelumnya : Catatan dari Toraja, Segelas kopi dan sebuah rencana perjalanan
Setelah mematangkan rencana perjalanan, kami memulai dengan proses persiapan. Belakangan untuk memudahkan, kami memberi nama perjalanan ini : Tour de Toraja. Sebuah perjalanan sepeda dari Makassar menuju Rantepao di Toraja Utara sepanjang 340 km dan dilanjutkan dengan mengikuti event lari lintas alam : Toraja Ultra Scenic Run kategori 27 km.
Saya beruntung memiliki teman-teman seperjalanan yang sangat unik. Kang Dani – misalnya begitu perhatian dengan hal-hal detail. List barang, persiapan logistik, penyetelan sepeda sampai kepada penggunaan jenis sepatu.Hal-hal kecil seperti itu pun tak luput dari perhatiannya. Om Robert sendiri adalah orang yang menaruh perhatian yang besar pada nutrisi. Sebagai salah seorang pesepeda dan pelari yang tercepat dalam group, Om Robert selalu memastikan kondisi agar senantiasa dalam keadaan fit. Salah satu faktor pendukungnya adalah nutrisi. Om Robert senantiasa memberikan saran tentang apa yang seharusnya dikonsumsi dan apa yang tidak. Ini penting untuk memastikan seluruh anggota tim menyelesaikan perjalanan dalam kondisi sehat dan bebas keram.

Latihan sepeda persiapan Tour de Toraja
Selain persiapan fisik, saya pun memberi tahu rencana perjalanan ini pada orang-orang terdekat : keluarga dan teman-teman dekat. Bila dalam perjalanan ini terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka tentunya orang yang pertama dihubungi adalah keluarga dan orang-orang terdekat. Tanggapan yang diterima cukup beragam. Ada yang mengatakan kalau ini hal gila dan kurang kerjaan. Namun banyak juga yang memberi dukungan moril.
Motivasi adalah hal yang menggerakkan manusia. Motivasi sanggup membuat orang bangun ditengah malam dan memulai aktivitas yang diyakininya akan bermanfaat pada hidupnya. Motivasi pula yang mampu membuat orang untuk melakukan sesuatu yang berat dan tidak masuk akal. Bagaimana pun juga perjalanan ini bukan untuk membuat diri terlihat keren. Namun lebih berdasar pada pengalaman spiritual. Merasakan kebesaran alam yang diciptakan Tuhan dan merasakan betapa lemah manusia yang mencoba berjalan diatas ciptaan-Nya.
Ada yang bilang cinta itu dari mata turun ke hati. Walau manusia tak bisa memilih tempat dimana dia dilahirkan,namun lahir di tanah yang indah dan subur bernama Indonesia adalah sebuah karunia. Kepadanya cinta berlabuh dan cinta itu akan semakin besar jika kita lebih memahami dan merasakan keindahan bahkan hingga deritanya melalui indera yang dikaruniakan Tuhan.
Sisa waktu tinggal sebulan dan tidak banyak waktu yang tersisa untuk melakukan latihan. Kang Dani dan Om Robert mulai melakukan latihan yang cukup intensif disela aktivitas masing-masing.Kang Dani yang setiap hari banyak beraktifitas di Pangkep, lebih sering menggowes dari Makassar menuju Pangkep. Setelah itu ditambah sesi dengan lari. Om Robert adalah sosok yang paling konsisten memanfaatkan waktu. Memulai latihan pagi-pagi sekali sampai sebelum jam 9 pagi. Nyaris setiap hari.
Di akhir minggu kami menyempatkan untuk latihan bersama-sama. Namun nyaris di tiga minggu terakhir rencana latihan saya malah berantakan. Saya harus meninggalkan banyak sesi latihan karena harus melaksanakan perjalanan dinas keluar kota. Imbasnya pekerjaan di rumah dan di tempat kerja menjadi menumpuk dan membutuhkan cukup banyak waktu menyelesaikannya.Waktu latihan pun berkurang.

Sesi Latihan : Beristirahat di sebuah dermaga yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Makassar. Tenaga saya drop dan bahkan setelahnya saya harus mengayuh sepeda dengan kondisi kaki yang keram
Kondisi ini membuat kebugaran fisik saya menjadi cukup menurun dan membuat saya menjadi ragu untuk menyelesaikan perjalanan ini nantinya. Rasanya seperti berada disebuah ruang waktu yang salah. Terlebih saya sangat tidak ingin menjadi beban tim dalam perjalanan nanti.
Dengan rasa was -was, Dua minggu terakhir saya bersama Kang Dani latihan dengan rute sepanjang Makassar sampai dengan perbatasan Barru sepanjang 135 km. Hasilnya cukup mengecewakan, setengah perjalanan kondisi tenaga saya turun dengan cepat. 30 kilometer terakhir malah dilalui dengan berat.Keram pada lutut kanan.
Keraguan semakin besar. Motivasi ? Entah kemana hal itu melayang.
#Tulisan kedua dari empat tulisan perjalanan Tour de Toraja
Hhhmmm… Jadi rindu kembali dengan daerah wisata yang satu ini. Terakhir ke tempat ini 6 tahun yang lalu.
Sudah banyak berubah. Semakin cantik, Ayo ke sana lagi
Salah satu tempat yang ingin dikunjungi tapi masih belum kesampaian
Pasti bisa suatu saat nanti. Amin
kurang kerjaan ki memang, Om.. tapi mau ka saya juga kurang kerjaan kalau seperti kita ini, bersepeda sampai ke Toraja 😀
Hahahahah iya dih kak, kurang kerjaan tojeng, padahal atau itu bes tingkat sekarang kalo mauki pi Toraja asik-asik… XD
Malah saya belum pernah naik bis tingkat ke Toraja hahahaha
Hahaha… justru ini cari kerjaan dan jati diri… maklum masih labil
buset! naik sepeda ke Toraja hahaha
saya juga bisa ji, kayaknya nanti mau juga deh
naik di atas sepeda yang ditaruh di mobil bak terbuka
hahaha
Serius ki mau naik sepeda ke Toraja ? hahahaha
kebetulan saya juga suka naik sepeda kak.. tapi trip terjauhku itu hanya PP Tamalanrea-Losari.. nda kebayang gimana rasanya bersepeda sampai Toraja.. penasaran sih kak, secara memang naik sepeda itu nikmat sekali 🙂
Mulai dari yang dekat dan mulai dari sekarang. Kalo hari ini naik sepeda teruski setiap hari, Insya Allah Tahun depan jauh sekali miki dari rumah ta
Jauuuh ta ke Toraja naik sepeda!! Saya naik mobil ke Palopo aja rasanya udah teposss… Haha.
Kalo naik sepeda bukanmi lagi tepos kak tapi lecet
Serunya mi wisata alam dan pake sepeda di Toraja, ukhh salah satu wish list impian banget yang entah kapan bisa terwujud, eh malah curhat ?
Siap terima curhat sambil menikmati alam di Toraja
Deeh, naik sepeda ke Toraja. Berapa lali pecah ban kak? Saya naik bus saja kayak mau patah pinggangku kurasa..
Beberapa kali pecah ban. Untung bukanji air ketuban yang pecah
Wah ia resiko betis keramnya itu agak ngeri ya kak. Perjalanan seperti ini tak cukup hanya sebatas niat, tapi juga latihan yang teratur. Jadi semakin penasaran baca cerita selanjutnya kak ?
Kalo sudah ada niat biasanya latihan juga teratur. Kalo cuman keram di oles oles Tissu juga beresmi
Luar biasa perjalanannya ke Toraja dengan naik sepeda. Benar benar butuh latihan untuk mewujudkan impian ini.
jangan dijadikan beban kak. Dinikmati saja
Salut sama staminanya kak Adda touring ke Toraja. Dan dimulai dengan latihan dari Makassar-Barru. Saya yang membacanya saja serasa ngilu dan capek duluan?
Latihan lumayan juga. Tapi semuanya di bawa happy saja
Ditunggu lanjutan ceritanya om Adda, penasaran ka berhasil jika melewati keraguan Dan bagaimana prosesnya Setelah di Toraja
Nah itu masih jadi PR. Lagi mengumpulkan niat dan kesempatan dulu. Padahal adami di fikiranku apa yg mau di tulis setelahnya