Begitu seluruh badan saya masuk ke air, rasanya sebagian nyawa saya ikut terbang. Seluruh kemampuan yang saya pelajari beberapa bulan terakhir rasanya ikut terbang. Perlahan ketakutan dan rasa gugup menjalari tubuh membuat saya sulit bernapas. Rasanya saat itu akan menjadi hari terakhir saya.
***
Terlambat mungkin kata yang pantas untuk saya dalam hal berenang. Ketika usia saya sudah 30 tahun saya belum memiliki kemampuan untuk itu.Sampai pada awal tahun 2015, beberapa dorongan dari beberapa teman baik membuat saya kemudian belajar berenang.
Di depan tempat kerja kami ada sebuah hotel yang memiliki kolam renang dengan panjang 35 m dan dalamnya sekitar 1.5 m. Di tempat itulah saya berencana belajar berenang dengan pertimbangan jaraknya cukup dekat dengan tempat kerja dan beberapa teman juga berlatih disana. Disana kemudian saya mendaftar menjadi member dan belajar untuk berenang (walaupun terlambat) .Bukankah menyenangkan untuk belajar hal yang baru? Siapa tahu setelah ini saya punya pengalaman menarik untuk dicoba ?
Berbicara tentang pengalaman menarik. Suatu saat saya pernah diajak oleh beberapa teman baik ke Pulau Gusung. Pulau ini terletak di pesisir barat Kota Makassar. Sejatinya pulau ini berfungsi untuk menahan gelombang dari laut lepas untuk kapal-kapal yang sedang bersandar di pelabuhan Makassar. Hal menariknya adalah cara untuk menuju ke Pulau ini. Walau untuk menuju Pulau ini dapat dilakukan menggunakan perahu,namun mereka menuju ke Pulau ini dengan berenang. Jarak Pulau Gusung dengan dermaga Popsa adalah sekitar 1.5 km.
Berenang ke Pulau Gusung sudah dilakukan sejak lama bahkan dulu sampai Pulau Kayangan dan Pulau Samalona. Teman-teman baik ini menamakan komunitasnya sebagai Makassar Watersport Community (MWC). Biasanya kegiatan berenang ke Pulau Gusung dilakukan sebanyak tiga kali seminggu dengan start pukul 6 pagi dari dermaga Popsa.
Perbincangan di group dan foto-foto yang di upload di sehabis berenang cukup membuat saya sedikit ”panas hati”. Lalu di sebuah minggu pagi akhirnya saya bertekad bahwa sabtu depan saya akan ikut berenang.
***
Seminggu sebelum berenang di perairan terbuka ini saya melakukan persiapan. Saya sadar betul bahwa berenang adalah kemampuan baru yang baru saya kuasai dengan tingkat kemampuan yang tentu saja masih rendah. Sampai saat ini hanya menguasai renang gaya dada ( breastroke).
Saya tidak tahu berapa lama mampu berenang namun saya berlogika jika mampu berenang non-stop dengan durasi diatas 15 menit dan dengan bantuan perpegangan pada jerigen maka prediksi untuk mencapai tepian pulau gusung bisa dilalui.
Mulailah hari pertama proses latihan. Hasilnya : saya belum sanggup bertahan diatas 15 menit. Sayang sekali beberapa hari selanjutnya pekerjaan yang harus diselesaikan cukup banyak sehingga saya banyak absen berlatih. Dari seminggu persiapan saya hanya bisa tiga kali latihan. Berita bagusnya dalam sesi latihan terakhir akhirnya saya mampi bertahan diatas 15 menit.
Belakangan baru saya sadari adalah latihan senantiasa dilakukan di kolam yang dalamnya hanya 1.5 m. Sementara dalam kondisi real saya akan berenang di laut dengan kedalaman lebih dari 10 m. Sekali lagi mental saya akan diuji.
Peralatan safety juga tak luput dari perhatian. Tadinya saya membeli pelampung yang terbuat dari gabus yang berbentuk ikat pinggang. Namun setelah saya coba beberapa kali sepertinya tidak cukup kuat untuk mengapungkan badan saya yang bobotnya cukup berat. Akhirnya saya kembali dengan membuat pelampung “handmade” dengan menggunakan jerigen.
***
Harinya pun tiba. Pukul 6 pagi sebanyak 8 orang sudah bersiap di dermaga Popsa.Saya sempat jadi tertawaan karena ukuran jerigen yang cukup besar.Jerigen kapasitas 20 liter. Saya berseloroh dengan alasan lebih safety untuk pengalaman pertama.Satu persatu kami naik perahu untuk membawa kami sampai ujung dermaga. Satu persatu kemudian meloncat terjun ke laut.
Saya orang terakhir melompat dari perahu. Rasanya sangat gugup.Pandangan saya tidak dapat melihat dasar lautnya. Disana terlihat gelap. Sekali lagi saya memeriksa ikatan pada jerigen yang saya bawa. Tali prusit sepanjang 3 m saya ikatkan didada. Sewaktu-waktu jika saya tidak mampu lagi berenang maka tali inilah yang akan saya Tarik agar jerigen tersebut bisa mendekat untuk kemudian saya raih.
Tanpa fikir panjang lagi, saya melompat ke laut. Berat jenis air laut yang lebih ringan membuat proses mengapung tidak menguras tenaga yang lebih banyak disbanding air tawar. Namun kegugupan saya justru datang, rasanya seperti berada di kolam yang sangat besar namun tepinya sangat jauh.
Om Abo yang menjadi buddy terus mengajak saya berbicara. Perlahan-lahan kegugupan saya berkurang. Kami pun mulai berenang dengan santai.Satu yang dipesankan oleh Om Abo adalah selalu mewaspadai arus. Arus laut terkadang membawa kita melenceng dari tempat yang akan di tuju. Salah satu metode yang diajarkan oleh Om Abo adalah melihat ke sebuah titik yang berada di daratan. Pergerakan di laut diupayakan agar terus mengarah ke titik tersebut.
Rasanya seperti jauh sekali. Namun ketika dasar laut mulai terlihat kepercayaan diri saya mulai tumbuh. Bahkan pada saya meminta Om Abo agar berenang lebih dulu. Saya menghabiskan sisa perjalanan dengan berenang sendiri.
Tanpa saya sadari ternyata jerigen yang saya pakai ternyata bocor. Hal ini baru saya ketahui setelah sampai ditepian Pulau Gusung. Nyaris sepertiga jerigen itu sudah terisi air laut.Saya termenung sejak memandang laut. Adrenalin dalam tubuh saya masih menari-nari. Akhirnya saya bernafas lega setelah merasakan satu moment yang cukup menegangkan.
***
Berenang diperairan terbuka seperti danau dan laut tidak hanya membutuhkan kemampuan individu untuk berenang. Ada pengetahuan lain yang perlu dipelajari terkait hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan seperti membaca arus dan apa yang ada disekitar kita.Tak kalah pentingnya adalah keteguhan mental.
Pada akhirnya ini menjadi pengalaman pertama yang berharga yang terlalu sayang jika tidak dilanjutkan dikesempatan yang lain.Sebuah nikmat bagi kita yang tinggal di Makassar yang untuk melakukannya hanya dibutuhkan uang parkir dan sewa perahu yang setara dengan dua mangkok coto.
***
Beberapa minggu kemudian saya kembali. Berikut beberapa video dokumentasi selama disana:
Ma.tap kanda ceritanya…
untung jergennya tidak jadi dipakai… hehehe
hehehe…. bikin stress kalo sudah tahu dari awal
….bangga ku dech fotoku bisa jadi bagian cerita pendeknya Daeng Adda, mudah-2an bisa ka juga di jadi kan cover di majalah kuncung dan majalah bobo…xixiixixi 😛
saya bangga bisa berenang bersama om Arifin
betul kak tdk ada kata terlambat untuk belajar, apa lg belajar berenang, yg kata nya selain menyehatkan juga bisa menyelamatkan hehe.. salut ku kak baru ki belajar langsung mki berani tantang dirita berenang menyembrang pulau.. mantull
betul tidak ada kata terlambat. hanya memulainya saja yang rasanya berat
Lamata gang kak ndak main ke sini, abis baca postingan ini seperti ada rindu yang terobati (*hallah). Mudah-mudahan kalau cuaca bagus dalam waktu dekat bisa ke sana lagi…
Ajak-ajak juga kalo ke sana lagi Kak Unga
Saya kuliah jurusan ilmu kelautan kak. Dan haruska akui keteguhan kakak untuk belajar berenang. Meskipun sulit karena kita latihan di air tawar sedangkan kalo di laut lebih mudah karena massa jenis tubuh ta lebih ringan dibanding massa jenis air laut. Satu tips dari saya supaya kakak tetap mengapung. Daripada kakak pakai jerigen yang ribet dibawa kemana, mending pakai sepatu katak (fins) dan kacamata renang. Selama 4 tahun kuliah tiap berenang di laut saya nda pakai pelampung, cuma modal itu 2 dan alhamdulillah selalu mengapung kok?
Selain dapat semangat untuk belajar berenang dari kak adda, dapat juga tips bermanfaat dari kak sam. Duh, terima kasih banyak. Sampai saat ini saya masih takut berenang, kadang masih takut sama air laut. Tapi semoga suatu saat bisa juga berenang
Ayo kak semangatki…. tidak ada kata terlambat untuk belajar
Terima kasih tipsnya Kak. Nanti sa coba praktekkan
Keren! Baru belajar berenang dan udah berani berenang ke pulau Gusung, super nekad oms!
Butuh nyali yg besar buat ngelakuin hal yg memicu adrenalin kayak gitu. Lebih tepatnya, nekad tingkat dewa, hahaha.
Apa jadinya klo oms Adda sadar duluan klo jeringennya bocor sebelum sampai ke pulau? Pasti panik dluan dan pecah fokus. Tapi, salut sama teman2 oms yg ngasih semangat sampai punya nyali senekad itu. Semangat terus oms.
Sebenarnya saya juga takut setengah mati. Tapi teman-teman selalu memberikan semangat. akhirnya sedikit demi sedikit mulai memberanikan diri
Mantap daeng, belajar berenang langsung test drive di laut,, klw saya tena mho,, klw saya dlu belajar berang di sungai.. Tapi ngak bisa berenang terlalu lama, ngak sanggup,hhee
Kalo sudah bisami berenang disungai tinggal sedikit mami…
Deh kak luar biasa mulai dari keputusan belajar berenang di usia yang tidak muda, keberaniannya berenang di laut padahal persiapan cuma 3x latihan dan berani pakai pelampung jergen yang ternyata bocor. Setiap usaha tidak ada yang pernah sia-sia. Salut kak
Tidak ada kata terlambat. Inipun sebenarnya takut setengah mati. Tapi coba beranikan diri saja.
Deehh… dumba dumbaka baca dari awal hehee. Tp Alhamdulillah ya.. bisa selamat sampai ke tujuan walau jerigennya sdh berisi air. Berani skali om Adda ini, baru tahu berenang langsung uji nyali. Kereeen abis deh. Salut say
hahaha… sama kak… kubawa dumba-dumbanya setengah hari waktu itu…
Wahh, gilaaa kang.. Daerah pantai Makassar aja dalem, ini malah berenang nyebrang? serem, sy kynya gk bakal sanggup? tp jd pengalaman yang luar biasa itu buat kita kak. Sukses selalu. ?
Kebetulan ada yang mau temani… kalau sendiri juga wah… entah sampai kapan
Sama kak saya juga belajar berenang di usia 30-an. Motivasinya karena ingin menemani suami yang hobby olahraga air. Keren banget prakterk renangnya di laut lepas, kedalaman 10 meter wowww ?.
Hehehe… keren ini kak.. Pasangan suami istri yang hobby olahraga…
Wah ini keren. Kalau saya tak baca cerita ini, tak tahu bagaimana sensasi berenang nyebrang pulau. Teman kerja ada yang profesinya Atlit renang antar pulau. Kaget juga awalnya tau ada olahraga seperti itu. Tapi belum pernah ia cerita sekalipun. Tentu jadi pengalaman menyenangkan karena sudah mengalami sendiri. Jadi kepikiran mencoba “sekali saja”. Hehe.
cobalah kak…biar ndak jadi penasaran..
Jadi pengalaman Tak terlupakan tong ini dih. Kalau saya nda memang mi, selain nda bisa berenang, pasti pikiranku sudah dipenuhimi kekhawatiran, bagaimana kalau begini bagaimana kalau begitu ?
hehe iya… belajar mi ki dulu berenang. mungkin setelah itu berubahmi fikiranta