Darah di kepala mendadak mengalir lebih cepat. Lirikan mata tertuju pada seorang wanita yang berjalan dengan langkah yang anggun. Sesekali matanya yang indah memperhatikan deretan baju yang terpajang di etalase toko. Sungguh saat ini belum siap untuk bertemu dengannya lagi. Tidak untuk hari ini. Namun semuanya terjadi secara kebetulan. Tidak ada tempat untuk lari dan bersembunyi. Hanya harapan agar dia tidak melihat tapi semua itu pun sudah terlambat. Kami saling menatap seolah tak percaya apa yang terjadi. Wajah yang indah yang melukiskan keterkejutan yang sama.
Dan disinilah kami akhirnya, berdua disebuah cafe yang tidak terlalu ramai. Alunan lembut musik yang lembut dan romantis terdengar begitu syahdu. Sayang aroma kekikuan jauh lebih tebal dari itu. Dua gelas kopi yang hampir dingin jadi saksi.
“Bagaimana hidupmu?” tanyanya sambil menghirup kopi dalam-dalam.
“Kehidupan masih berjalan sama seperti waktu dirimu mengabarkan akan menikah dua tahun lalu, aku banyak pergi berbagai tempat demi kerjaan tentunya ”
“Wanita ? ” tanyanya penuh selidik.
” Ada yang datang. Ada yang pergi. Tak banyak yang bisa mengerti dengan pekerjaan dan kehidupan seperti ini ” Jawabku dengan seringai pelan.
” Apa kau bahagia? ” tanyaku pelan. Lama dia terdiam. Perlahan bulir-bulir air jatuh di sudut matanya.
” Hidupku sekarang hanya berjalan mengikuti arus. Arus deras yang semakin meyakinkan bahwa kesalahan terbesar dalam hidupku adalah membiarkan dirimu pergi. Bahagia? dia sudah lama pergi bersama kenangan kita”. Sesekali dia menarik nafas panjang. Mencoba untuk tegar.
Ada senyum tipis di bibirnya yang indah.
“Kau tahu,dirimu sosok lelaki yang tak terlupakan. Kebersamaan kita selama dua tahun adalah sebuah kisah yang tak ingin aku hapus, aku masih bisa merasakan keindahan kenangannya bahkan di setiap detiknya ”
Tangannya gemetar, Helaan nafasnya seolah menahan beban berat lalu dengan hati – hati dia mulai bercerita tentang keluarganya. Tentang suaminya yang sibuk dan terkadang tidak pulang. Tentang kehidupan rumah tangganya yang belum dikaruniai anak. Tentang mertuanya yang bawel. Tentang karirnya. Bahkan tentang suaminya yang tak lagi tidur dikamar yang sama.
Aku menghela napas panjang, aura kesedihannya menusuk tajam ke dalam dada.
“Melupakanmu sungguh tak mudah. Terus terang aku menyesali perpisahan kita. Tapi setelah dirimu menikah, aku mencoba untuk mengerti keadaan. Kukuburkan harapan ini dalam- dalam. Seandainya kita berdua bisa lebih sabar dimasa lalu. Ego ini mendatangkan penyesalan” ucapku perlahan.
Dengan sapu tangan disekanya air matanya.
“Aku tahu kamu di kota ini dari status facebookmu,walau tak menyangka kita bertemu disini. Kamu tahu aku sudah lama menantikan pertemuan ini. Berbicara banyak tentang masa lalu. Melihatmu lagi seperti dulu. Semenjak dirimu pergi banyak hal yang perlu aku jelaskan dan banyak hal yang perlu kamu jelaskan. Semua yang terjadi dalam hidupku sekarang adalah sebuah kesalahan. Jika mungkin aku ingin melepaskan semua ini dan pergi bersamamu”. tatapnya penuh harap.
Aku terdiam. Hasrat hati bergelora. Seolah berada diujung penantian panjang.
***
Para penumpang pesawat bergegas menuju gerbang keberangkatan. Kulirik kembali handpone dan membaca pesan yang telah kuketik sembari menunggu.
” Maafkan aku,kau tahu betapa besar inginku bersamamu. Tapi tak akan mampu kumaafkan diriku untuk sebuah pengkhianatan. Cobalah menerima atas pilihanmu sendiri dan semoga bahagia setelahnya. Selamat tinggal masa lalu “.
Dengan mantap, kutekan tombol send.
#Pengalaman baru menulis fiksi.
Enter your comment here
Jadi…ceritanya ini adalah mantan?.
dan ada luka yang dikisahkan…
karena ketidaksabaran..,
dan intinya, semoga bahagia…
apapun yang terjadi… bahagia adalah hak…,
salam…
good story..
:2thumbup
@Haerul : Iye’ Sang mantan yang tak bahagia
betulan fiksi jih ini kakak asdar 😀
*kemudianhening
@unga: Hahaha menurut kita’ ?
Fiksi ya? 😉
Cobalah menerima atas pilihanmu sendiri dan semoga bahagia setelahnya. -> suka kalimat ini.
Memang terkadang perasaan penyesalan dan berandai-andailah yang membuat “kebahagiaan” itu sulit untuk dirasakan.
@Aisyah : Bahagia dengan apa yang ada
Bahagia? dia sudah lama pergi bersama kenangan kita”
hmmm,,,,, bahagia dijadikan subyek ke 3. dialognya masuk, tinggal membangun suasana lingkungan yang link sama ceritanya ddaeng 🙂
@Bisot : Terima kasih masukannya daeng
Jika fiksi ini di filmkan, izinkan sy jafi pemeran wanita utamanya. Spertinya sy ckup menjiwai. Tak butuh dua tahun… Hehehe
@Isma : Boleh..boleh.. #telpon produser& sutradara
duh,kirain beneran, soalnya dalem banget. lam kenal ya
@Evrina : Salam Kenal balik.. makasih dah berkunjung
si mantan menyalahkan keadaan. hehe.. ga perlu menyalahkan siapa-siapa dong ya… semua telah diatur oleh Yang Maha Mengatur (Allah SWT), jangan mengkambinghitamkan sesuatu karena kepahitan hidup kita. just go ahead… 🙂
betul… kita tidak sepatutnya menyalahkan keadaan…bagaimana respon terhadap keadaan itu yang penting
Kenapa saya nda percaya kalo ini fiksi?
percaya miki saja dulu…hahaha
Antara fiksi dan nyata, tapi saya ngikut saja apa kata penulis, kak adda paling tahulah ?
hahaha…. fiksi lah…
ini masih bersambung atw sudah tamat kak?? ku menantikan kelanjutan ceritanya hehehe
Lagi mikir sambungannya apa
Wadaaaw, deskripsinya mantap kak. Saya yang baca seolah ada di lokasi kejadian, Cuma saya toh gampang sekali terganggu dengan huruf kecil setelah titik dan penggunaan di- yang disambung dan yang dipisah. Maklum yah kak, anak linguistik soalnya.
Tulisan lama waktu cara nulis masih ngaco
Wah, ceritanya tentang sang manatan yang tidak bahagia.. Ini tukisanta daeng kayak novel mi,, mantap bnget..alur cerita yg amat menyentuh sekali..
Belum sangguplah buat novel. Minimal cerpen mi dulu
Semoga setelah ini ada lanjutan ceritnya, biar kita serasa baca cerita bersambung. Jadi penasaran, heheh…
Ada ide sambungannya bagus bagaimana kak?
Jika ini benar-benar kisah nyata, sedih banget liat tokoh wanitanya. Kisahnya juga sumpah bikin remuk. Sebagai orang yang pernah mencintainya, melihat dia bahagia bersama orang lain mungkin hal yang sangat menyakitkan, tapi lebih menyakitkan lagi ketika melihat dia tidak bahagia bersama orang lain tersebut.
Untung ini cuma fiksi. Ya, semoga…
Untung cuma Fiksi
Nulis fiksi juga pernah sekali, dan jelek. Hehe. Tapi yang ini bagus. Mungkin sebelum kalimat terkakhir, bisa dipanjangkan lagi plot-twistnya sebelum diakhiri. Supaya semakin seru penantian pembacanya. Hehe.
Lagimau tulis fiksi lagi. cuma idenya belum ada
Kurang panjang ceritanya… Masih mau baca lagi, eh, sudah habis.
Nanti kayak sinetron kalo lebih panjang hahahaha
dan pada kenyataannya, keduanya harus tetap melanjutkan kehidupan sebagaimana semestinya.. alias move on.. karena hidup nda boleh lama2 menatap ke belakang, masa lalu jd pelajaran saja agar tak mengulang salah yg sama.. begitu pesan orang2 bijak..
Tul. Masa lalu biarlah menjadi masa lalu. Sementar kita melangkah maju